Dalam pengambilan keputusan, tentunya kita tidak akan selalu mendapati kondisi ideal di mana terdapat 1 alternatif pilihan yang paling baik di semua aspek dibandingkan pilihan lainnya. masing-masing pilihan ada kelebihan dan kekurangannya dibandingkan pilihan yang lain. Setiap pilihan ada manfaat yang kita peroleh dan ada konsekuensi yang harus kita hadapi. Untuk mendapatkan hal yang yang kita inginkan, ada hal yang kita inginkan lainnya yang harus dikorbankan (trade-off).
Salah satu konsep trade-off yang paling populer adalah trade-off antara biaya-mutu-waktu. Memang konsep ini relatif cukup general, tapi justru ini jadi mudah diingat dan relevan untuk berbagai kondisi pengambilan keputusan dalam keseharian kita. Misalnya pada saat memilih untuk membeli barang/jasa yang akan kita gunakan dari beberapa alternatif yang ada.
Biaya adalah cost yang harus kita keluarkan, khususnya dari segi materil/uang, namun juga bisa berupa “beban” yang bersifat imateril, seperti tingkat kesulitan dalam upaya kita untuk mengeksekusi pilihan tersebut. Pada tahap lebih lanjut, beban imateril pun biasanya dikuantifikasi agar mudah untuk dibandingkan dengan pilihan lainnya.
Sebagai contoh, kita hendak membeli 1 porsi makanan X (take-away) pada resto Y yang berjarak jalan kaki 5 menit dari rumah. Pilihan kita adalah membeli langsung ke Resto atau memesan melalui aplikasi online. Asumsi waktu yang akan dibutuhkan sampai dengan makanan tiba di meja makan di rumah sama, walaupun harga di aplikasi lebih mahal daripada beli langsung, sebagian dari kita mungkin tetap memilih memesan melalui aplikasi online karena jika membeli langsung ada effort tambahan yang harus kita keluarkan yang jika dikuantifikasi dianggap lebih mahal daripada selisih biaya di aplikasi online. Terlebih jika kita sedang melakukan hal lain yang produktif/berharga, ada opportunity cost yang hillang jika kita perlu pergi ke Resto.
Mutu adalah manfaat yang akan kita peroleh segi kualitas maupun kuantitas dari pilihan tersebut. Mutu tersebut bisa merupakan faktor utama yang akan menjawab kebutuhan kita, atau faktor tambahan / gimmick yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan kita namun menjadi nilai tambah secara keseluruhan. Misal kita memilih detergen yang bersebelahan di rak minimarket, antara produk A dan produk B dengan harga yang sama. Jika dibedah dari sisi mutu, misal ukuran/beratnya sama, jenis detergennya sama, brand awareness-nya sama kuat, namun produk B misal ada bonus piring cantik, tentunya kita memilih yang ada bonus piring cantik (jika kita menganggap piring cantik adalah manfaat).
Waktu adalah kapan kita menerima manfaat dari pilihan kita. Dalam suatu pemilihan keputusan yang cukup besar, kita perlu menentukan critical time yang penting bagi kita. Misal pembelian rumah, apakah waktu yang penting bagi kita adalah waktu respon penjual memberikan kepastian, waktu tanda tangan kontrak/jual-beli, atau waktu kita bisa menempati rumah. Karena kebutuhan kita berbeda-beda, kita harus megidentifikasi terlebih dahulu critical time kita pada pemilihan ini.
Lalu, bagaimana implementasi konsep trade-off biaya-mutu-waktu ini? Idealnya memang 3 hal itu kita dapatkan, kita memilih pilihan yang murah, bagus, dan cepat. Namun sangat jarang terjadi kondisi seperti ini.
Dengan konsep trade-off harapannya adalah kalaupun kita tidak bisa mendapatkan pilihan yang paling murah, bagus, dan cepat, kita bisa mendapatkan pilihan yang memenuhi 2 faktor kelebihan. Kita menghindari pilihan yang hanya memiliki 1 faktor kelebihan, dan melupakan yang tidak mempunyai faktor kelebihan sama sekali.
Untuk mendapatkan keputusan yang paling baik, kita harus mengidentifikasi 1 faktor mana yang paling bisa kita korbankan.
Misal kita punya resources yang cukup besar, tentu kita mampu membayar lebih mahal selama kita memperoleh yang bagus dan cepat.
Lalu misalnya kebutuhan kita tidak terlalu urgent, sehingga kita relatif tenang dan tidak perlu cepat untuk mendapatkan pilihan tersebut, sehingga kita bisa mencari yang bagus dan murah.
Atau misalnya pada suatu produk/jasa, spektrum mutu yang ada tidak terlalu lebar (hanya beda-beda tipis) atau kebutuhan kita “sekedar ada” (biasanya untuk formalitas persyaratan tertentu), kita bisa mengorbankan mutu dan mencari pilihan yang murah dan cepat.
Tantangan sebenarnya adalah identifikasi kebutuhan kita dan pencarian informasi dari pilihan-pilihan itu, karena terlalu banyak dan lama mengumpulkan data dan menganalisis pilihan pun, membutuhkan biaya (effort) dan waktu, sehingga memengaruhi keseluruhan tingkat manfaat yang akan kita dapatkan.