Khotib Jumatan siang tadi menyampaikan tentang waktu. Waktu kita sebagai manusia secara garis besar dibagi 3, yakni masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Masa lalu adalah waktu yang sudah terlewat, atau disebut juga kenangan. Kenangan yang kita ingat,bisa ingatan atas kejadian-kejadian baik, perilaku baik, dan amal ibadah yang telah kita lakukan. Atau juga kejadian-kejadian buruk, kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, dan dosa-dosa yang telah kita miliki. Terhadap masa lalu tersebut kita ada rasa bahagia dan bersyukur namun ada juga penyesalan. Tapi apapun itu, seharusnya menjadikan kita lebih baik di hari ini. Rasa bahagia dan syukur membuat kita bisa mempertahankan dan meningkatkan kebaikan kita, serta rasa penyesalan membuat kita bisa menghindari melakukan kesalahan atau dosa yang serupa.
Kita hidup di masa kini. Saya sedang menulis blog ini di masa kini. Kamu yang sedang baca tulisan ini pun di masa kini. Masa kini adalah di mana kita hidup sesungguhnya. Masa lalu tidak bisa diubah, namun kita bisa memilih melakukan apapun di masa kini. Masa lalu yang sudah lewat harus kita jadikan pembelajaran untuk apa yang kita lakukan saat ini.
Masa depan adalah harapan, masa depan adalah hal yang ghoib. Kita tidak akan pernah bisa meramalkan kejadian di masa depan. Seperti kematian, kita tidak tahu kapan kita mati, kita juga tidak bisa mempercepat atau memperlambatnya, mutlak hak prerogatif Allah. Namun yang perlu kita ingat, masa depan kita adalah tergantung dengan apa yang kita lakukan saat ini. Seperti halnya masa kini kita yang merupakan hasil dari apa yang terjadi dan kita lakukan di masa lalu.
Untuk mencapai masa depan yang kita harapkan, baik di dunia maupun di akhirat, kita harus mengoptimalkan waktu kita di masa kini. Kita tingkatkan amalan-amalan kita, baik amalan yang berhubungan dengan Allah maupun amalalan yang berhubungan dengan sesama manusia. Yang wajib kita penuhi, yang sunah kita tingkatkan, yang makruh kita kurangi, dan yang haram kita jauhi.