Secangkir Kopi

Share

Saya bukan lah orang yang hobi minum kopi. Menu-menu kopi di cafe atau coffeeshop pun saya banyak tidak tahu, kalau udah diberi tahu pun sering lupa. Sebelumnya saya hanya minum kopi kalau sedang akan menyetir dan berpotensi ngantuk di perjalanan. Itu pun hanya minum kopi kemasan botol / kotak yang sudah jadi. Begitu pun kalau harus terjaga di malam hari untuk mengerjakan sesuatu, paling minum kopi kemasan. Karena kopi kemasan, biasanya pun saya minum dengan suhu dingin atau normal saja.

Saat sebelum pandemi, saya melihat teman-teman saya banyak banget yang hobi ngopi. Sehari mungkin minum kopi minimal setara 2 cangkir lah. Itu pun sangat pemilih, sangat jarang minum kopi kemasan, malah lebih sering dari menggiling biji kopi. Karakteristik dari jenis-jenis kopi pun bisa dengan mudah dibedakan. Saya sendiri malah merasa semua kopi sama saja, kalaupun ada beda saya tidak bisa mengingat rasanya.

Semenjak pandemi, kantor mulai menerapkan WFH yang tentunya saya kerja sendirian di rumah (secara fisik). Kalaupun sedang mendapat giliran WFO, karena dibatasi kapasitas gedung hanya 25% saya seringnya sendiri juga, paling dengan rekan kerja lain yang berbeda fungsi atau berbeda ruangan. Secara teknis di lokasi kerja, untuk pekerjaan yang rutin saya lakukan, dilakukan sendirian saja (selain tentunya komunikasi melalui media elektronik).

Bedanya dengan sebelum pandemi, jika kerja di kantor pasti ada rekan kerja yang bisa diajak ngobrol saat bekerja. Walaupun pekerjaan yang sedang dilakukan tidak terkait langsung dengan teman di sebelah, pasti ada aja ngobrol/diskusi baik terkait pekerjaan maupun yang tidak terkait pekerjaan. Situasi seperti itu malah membuat saya tetap terjaga dan tidak terlalu bosan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan.

Apabila kerja sendiri, saya tidak ada teman untuk mengobrol. Kalaupun mau, harus komunikasi via chatting, telepon, atau video call, yang malah dapat mengganggu fokus kerja kita ataupun teman kita. Sehingga secara umum, pasti kerjanya sendiri saja (di luar meeting yang dilakukan) yang kadang membuat saya agak bosan dan kemudian mengantuk. Apabila sudah mengantuk, tentunya kerjapun jadi tidak fokus.

Akhirnya sekarang saya jadi rutin minum kopi, sedikit naik kelas dari kopi kemasan botol / kotak, sekarang saya minum kopi yang diseduh, walaupun kopi sachet instan saja. Pertimbangannya karena kopi instan lebih murah dan simpel, itu saja. Secara rasa pun acceptable, saya pun tidak gonta-ganti merek dan jenis kopi sachet. Paling itu-itu aja malas coba yang lain, ganti pun kalau kebetulan sedang kosong di tempat beli.

Saya sendiri merasa dengan minum kopi, saya bisa lebih terjaga dan fokus. Seperti kemarin hari kamis karena saya puasa tentunya saya tidak minum kopi. Jam 11-an siang saya sangat mengantuk, jadi pas istirahat saya tidur siang sehingga setelahnya saya langsung segar dan bisa fokus kembali dengan penuh. Pada hari biasa (tidak puasa), saya harus minum kopi dari awal hari, sebelum mulai ngantuk atau bosan. Kalau memang sudah ngantuk, minum kopi sebanyak apapun seolah tidak berguna. Kalau di siang hari tidak ada meeting, saya minum kopi sampai 2 kali, di pagi dan di siang hari. Tapi kalau ada meeting di siang biasanya saya tidak perlu minum lagi kopi di siang, karena ngobrol/diskusi dengan orang lain membuat saya lebih terjaga.

Bagikan tulisan ini:

mozuqi

Mohammad Zulkifli Falaqi. Biasa dipanggil Zul. Saat ini sedang mencari sesuap nasi di ibukota sebagai buruh yang ngurusin organisasi dan SDM di perusahaan yang bergerak di bidang energi. Menulis apa saja yang terlintas di pikiran.

You may also like...

1 Response

  1. April 8, 2021

    […] Juga:– Secangkir Kopi– High Intensity Interval Training (HIIT)– Gowes Nyantai– 21 Hari Membangun […]

Leave a Reply