Sejak pandemi covid dan kantor menerapkan mekanisme Work From Home (WFH), intensitas online meeting semakin meningkat. Platform utama yang digunakan di kantor saya adalah Microsoft Teams. Memang Microsoft Teams ini sudah dikenalkan dan digunakan sejak sebelum pandemi, hanya saja utilisasinya sangat rendah karena jauh lebih prefer melaksanakan meeting fisik.
Bagi banyak orang yang sebelumnya enggan mengadakan online meeting, dengan adanya WFH dan harus membatasi pertemuan fisik, mau tidak mau harus melaksanakan meeting secara online. Dari yang sebelumnya kurang mendukung, dengan merasakan fitur dan manfaat online meeting perlahan jadi mendukung. Online meeting dapat mengumpulkan peserta meeting tanpa batasan lokasi fisik, bisa dari manapun selama terhubung dengan internet. Online meeting juga sangat efisien, tidak perlu menyiapkan kelengkapan meeting seperti ruangan, kursi, meja, atau snack, dan tidak ada waktu yang habis karena perjalanan, cari parkir, atau terkena macet.
Namun, saking efisiennya online meeting ini, malah mendorong waktu yang dihabiskan untuk meeting secara keseluruhan meningkat signifikan. Agenda dari hari ke hari dipenuhi agenda meeting, dari meeting yang benar-benar serius dan produktif hingga meeting remeh-temeh yang sebenarnya tidak perlu dijadikan meeting. Seakan-akan hasil 1 meeting harus ditindaklanjuti dengan 2 atau lebih meeting lanjutan, dan seterusnya, hampir tidak ada waktu untuk bekerja secara real menindaklanjuti hasil meeting tersebut.
Dengan kemudahan mengundang dan mengadakan meeting online, seolah-seolah setiap hal perlu di-meeting-kan. Mengundang banyak pihak padahal sebenarnya kurang relevan dengan topik meeting tersebut. Efisiensi meeting online malah mendorong inefisiensi lain yang lebih besar. Secara keseluruhan, waktu yang dihabiskan untuk meeting menjadi lebih banyak.
Fenomena ini disebut Paradoks Efisiensi atau Paradoks Jevons dalam teori ekonomi. Paradoks ini menjelaskan terjadinya peningkatan penggunaan sumber daya setelah inovasi peningkatan efisiensi pada teknologi tersebut. Dengan bahasa lain, peningkatan efsiensi justru dapat mendorong peningkatan konsumsi sumber daya (rebound effect).
Paradoks Jevons dikemukakan William Stanley Jevons pada tahun 1865. William Stanley Jevons mengamati bahwa dengan meningkatnya efisiensi penggunaan batu bara pada mesin-mesin dan teknologi industri saat itu sebenarnya meningkatkan jumlah keseluruhan batu bara yang digunakan.
Pada era yang lebih modern, paradoks ini juga bisa kita temukan pada penggunaan bahan bakar fosil untuk kendaraan. Dengan latar belakang cadangan energi fosil yang semakin menipis dan polusi udara yang memburuk, pabrikan kendaraan berlomba-lomba dan didorong menghasilkan inovasi kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Namun, secara keseluruhan justru memicu konsumsi bahan bakar fosil lebih banyak dan tingkat pencemaran pun meningkat.
1 Response
[…] Baca Juga: Paradoks Efisiensi […]