Original yang Asli

Share

Semakin ke sini, perusahaan penyedia produk dan jasa di bidang teknologi informasi khususnya yang berbasis internet mulai mengubah model bisnisnya menjadi subscription-based.

Misalnya seperti Adobe, Corel, Office, dan produk atau perusahaan software lain yang sudah lahir cukup lama sebelum era internet secanggih sekarang, menawarkan skema subsription untuk pembelian produknya. Walaupun juga masih menyediakan alternatif pembelian one-time purchase.

Secara umum, pada metode subscription biasanya lebih murah (karena per bulan atau per tahun) dan bisa langsung mendapatkan update ketidak ada update software. Pada metode one-time purchase, biasanya lebih mahal (karena bisa untuk dapat digunakan seumur hidup) namun hanya berlaku untuk versi software saat pembelian dilakukan.

Ibaratnya seperti sewa mobil dan beli mobil lah. Dari sisis pengguna, sewa mobil lebih “murah” dan ketika ada update model dari pemilik mobil, kita bisa pakai model terbaru, namun hanya bisa digunakan di jangka waktu sewa kita. Namun apabila beli, kita hanya bisa menikmati model yang kita beli, tapi bisa digunakan seumur hidup mobil (karena pasti akan ada suatu waktu mobil rusak tidak bisa digunakan, atau tidak efisien / tidak relevan lagi digunakan pada suatu waktu nanti).

Untuk perusahaan dan produk yang lahir dan besar di era internet, karena memang produk atau jasanya mengandalkan internet, seperti YouTube, Netflix, Spotify, Canva, dll jelas langsung menawrkan layanan berbayarnya dengan metoda subscription.

Kalau dulu di era “offline”, ketika internet belum mengkoneksikan secara menyeluruh perangkat komputer, software seperti Adobe, Corel, atau Office didistribusikan secara resmi melalui kepingan CD atau DVD yang disertai dengan serial number untuk memvalidasi bahwa software yang diinstal itu adalah yang original.

Untuk yang tidak resmi, atau bajakan, ada berbagai tipe, dari yang paling sederhana serial number yang bisa dicopy untuk dipakai di beberapa perangkat (ini tidak menjadi masalah ketika perangkat komputer tidak terhubung dengan internet), hingga ada yang menyertakan software “crack” untuk melakukan by-passing terhadap sistem validasi keamanan di software yang akan kita instal itu. Selain ilegal, “crack” ini pun berisiko karena yang membuat “crack” itu juga bisa saja menyisipkan kode atau program dengan niat jahat yang akan merusak sistem komputer kita.

Ketika internet semakin merakyat, software-software bajakan akan ketahuan apabila terkoneksi dengan internet. Tapi para pembajak pun tidak kehilangan akal dengan biasanya mengatur crack agar firewall diaktifkan ketika menjalankan software bajakan itu sehingga tidak terhubung dengan server.

Mungkin karena ini lah para perusahaan software mulai menggeser skema bisnisnya menjadi subscription-based. Tidak hanya instalasi dan pembayarannya yang harus terkoneksi dengan server, tapi banyak fitur dari software tersebut yang hanya bisa dioptimalkan dengan terkoneksi dengan server. Sehingga memaksa pengguna untuk terhubung dengan internet selalu. Selain itu, dari sisi perusahaan, subsription-based ini membuat cash-flow lebih rapih dan lebih mudah dikendalikan karena ada payment rutin dari pelanggan, termasuk bila mau ada penyesuaian harga.

Kembali lagi topik originalitas, dengan subscription-based ini, model pembajakan pun berubah. Dari semula pembajakan konvensional yang meniru dan memproduksi ulang barang yang serupa, menjadi penyalahgunaan peruntukan.

Pembajakan konvesional itu ibarat seperti ada sebuah sepatu yang bagus, lalu desain, model, warna, dan mereknya di-copy dan dipasarkan dengan harga lebih murah. Ini yang dilakukan pembajak konvensional khususnya di era “offline”, yakni copy software dari keping DVD software asli kemudian dijual dengan harga lebih murah, bila perlu ditambahkan program “crack” di dalamnya. Kalau kita menggunakan sepatu atau software bajakan tersebut, bisa dianggap itu produk palsu, yang bisa jadi kualitasnya berbeda dari yang asli (misalnya sepatu: jahitan tidak kuat, software: ada malware di dalamnya).

Dengan metode subscription, pembajakan konvensional tersebut tidak bisa dilakukan lagi, karena semua terhubung dan tervalidasi via server perusahaan. Walaupun begitu, para pembajak tidak kehabisan akal, biasanya bisa menjual dengan lebih murah dengan manipulasi sistem pembayaran atau malah memanfaatkan fitur dari penyedia jasa sendiri.

Manipulasi sistem pembayaran dilakukan dengan memanfaatkan kartu kredit curian atau palsu (carding), yang biasanya masih bisa tervalidasi saat melakukan transaksi pembelian, walau beberapa minggu kemudian bisa jadi transaksinya dibatalkan karena ada laporan atau terdeteksi adanya penyalahgunaan kartu kredit.

Dalam menetapkan strategi harga, para penyedia jasa umumnya memberikan berbagai skema harga dan ada skema harga yang ditetapkan lebih ekonomis, antara lain skema harga untuk pendidikan (education-plan) atau skema harga untuk harga (family-plan), atau ada juga yang memberikan gratis trial selama beberapa saat.

Contoh fitur-fitur ekonomis dimanfaatkan dan disalahgunakan untuk kepentingan komersial oleh para pembajak. Misal yang dibeli adalah paket pendidikan lalu penjual menjual itu ke publik. Atau family-plan yang diperuntukan untuk keluarga dalam 1 domisili tapi dijual ke publik luas. Atau sekedar membuatkan banyak akun trial untuk dijual ke publik. Intinya memanfaaatkan celah yang ada dari fitur yang diberikan. Produk yang kita terima memang asli, terhubung dengan server, tidak ada “cacat”, tapi pada dasarnya bisa jadi melanggar syarat dan ketentuan yang ada. Jadi bisa dianggap orginal (produknya) tapi tidak asli (genuine).

Kalau diibaratkan, seperti halnya LPG 3 kg tabung hijau yang diperuntukkan hanya untuk rakyat miskin, dengan harga sekitar 50% lebih murah daripada LPG komersil, dijual ke restoran mewah atau orang kaya. Secara produk itu originial, kandungannya benar LPG dari Pertamina yang telah memnuhi standar. Tapi tidak seharusnya itu digunakan oleh restoran mewah atau orang kaya.

Jadi, original yang asli sekarang bukan hanya produknya yang original dari penyedia jasanya, tapi juga peruntukannya yang tepat (genuine/tulus).

Bagikan tulisan ini:

mozuqi

Mohammad Zulkifli Falaqi. Biasa dipanggil Zul. Saat ini sedang mencari sesuap nasi di ibukota sebagai buruh yang ngurusin organisasi dan SDM di perusahaan yang bergerak di bidang energi. Menulis apa saja yang terlintas di pikiran.

You may also like...

Leave a Reply