Menyambung tulisan “Apakah Grabtoko.com Penipuan atau Hanya Promo Biasa?” pada 29 Desember 2020 lalu, saya menuliskan bahwa hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut, dan sekarang sudah terjawab. Lebih tepatnya sejak 6 Januari 2020 lalu. Tanggal 6 saya hanya komen-komen di Twitter saja, tidak langsung membuat tulisan lanjutan tentang Grabtoko di blog ini.
Sebenarnya sebelum tanggal 6 Januari pun sudah ada ribut-ribut komplain para pembeli di sosial media. Hanya saja, belum terkonfirmasi pasti karena belum ada bukti kuat bahwa Grabtoko melakukan penipuan, sebagian pembelian masih dalam rentang waktu proses yang dijanjikan saat itu. Namun tiba-tiba di tanggal 6 Januari 2020, akun instagram Grabtoko (@grabtokoid) memposting IG story yang menyatakan permintaan maaf kepada konsumen dan adanya penggelapan yang dilakukan oleh investor.
Secara kronologis waktu, setelah tanggal 6 Januari, tanggal 7 dan 8 Januari akun Instagram Grabtoko masih memposting story update sedang memproses masalah ini ke kepolisian, seolah ingin menunjukkan bahwa manajemen grabtoko adalah korban dari investor. Lalu tanggal 9 Januari, Managing Director Grabtoko ditangkap oleh Bareskrim Polri, dan sekarang masih dalam proses penyidikan.
Saat saya baca IG story grabtoko pada 6 Januari tersebut, tentu saya kaget, walaupun sebenarnya tidak mengherankan. Sesuai tulisan saya pada 29 Desember sebelumnya, banyak ciri-ciri penipuan / scam yang melekat pada Grabtoko ini, walaupun belum bisa dibuktikan karena memang belum terjadi saat itu. Jadi tidak mengherankan kalau akhirnya terkuak bahwa Grabtoko sedang melakukan modus penipuan. Menurut berita, Grabtoko menghimpun dana dari sekitar 980 konsumen dengan total sekitar Rp 17 M.
Yang membuat saya cukup kaget sebenarnya adalah “bau bangkai” penipuan ini sudah terkuak hanya dalam operasional sekitar 1 bulan saja. Padahal kalau melihat “model bisnis” Grabtoko yang mirip dengan First Travel ataupun Akumobil, sebenarnya bisa bertahan dalam minimal 3-5 putaran untuk bisa mendapatkan dana lebih banyak sebelum akhirnya akan terbongkar juga. Namun ternyata, Grabtoko bahkan tidak bisa menyelesaikan 1 putaran pun, yang dipenuhi pesanannnya hanya 9 konsumen (+ 1%) saja.
Feeling saya, kemungkinan Grabtoko tidak bisa menyelesaikan 1 putaran ini karena 2 alasan utama, yang pertama adalah karena uang yang diterima dari konsumen malah langsung disalahgunakan untuk hal lain. Menurut polisi, sang Direktur disinyalir menggunakan uang tersebut untuk investasi di cryptocurrency. Sehingga, pesanan konsumen tersebut tidak bisa dipenuhi.
Kemungkinan kedua adalah karena modus penipuan gali lubang tutup lubang (dari konsumen-konsumen selanjutnya) ini tidak bisa dilanjutkan karena tidak mempunyai tim yang “kompak”. Ada beberapa informasi yang berseliweran di Twitter maupun Facebook yang menyatakan ada mantan pegawai Grabtoko yang sudah mengundurkan diri dengan alasan tidak berkah, dan merekomendasikan netizen yang bertanya untuk menghindari melakukan pembelian melalui Grabtoko. Seperti yang terungkap melalui penyidikan dari Polisi, 9 konsumen yang dipenuhi kirimannya, barang berasal dari ITC yang dibeli secara reguler. Model pemenuhan permintaan konsumen ini tidak akan jalan kalau pegawai tidak mendukung (baca: masih punya logika dan hati nurani).
If it is too good to be true, it probably isn’t. Jika sesuatu terlalu bagus untuk jadi kenyataan, bisa jadi memang tidak nyata. Ungkapan itu harus selalu kita resapi dan ingat baik-baik agar kita bisa terhindar dari modus penipuan sejenis grabtoko ini. Kalau sudah seperti jadi korban, upaya ke pihak berwajib pun belum tentu akan mengembalikan uang yang sudah terbayar Bisa jadi jeratan hukumnya pidana, dan kalaupun bisa diproses perdata untuk pengembalian kerugian, prosesnya tidak akan sebentar. Tapi mari kita tunggu saja, kita lihat bagaimana proses hukum yang berjalan untuk kasus Grabtoko ini.