Harbolnas

Share

Besok tanggal 2 Februari banyak marketplace atau e-commerce yang mengadakan program kampanye promosi 2.2. Seingat saya dulu kampanye promo Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) hanya diadakan setahun sekali, yakni di tanggal 12 Desember (12.12) setiap tahunnya. Namun sepertinya sejak pandemi ini di mana intensitas penggunaan online shop meningkat signifikan, tiap bulan pasti saja ada “Harbolnas”.

Promo belanja online hampir selalu identik dengan angka cantik, angka kembar tiap bulan sudah pasti dipakai, dari 1 Januari (1.1) sampai dengan 12 Desember (12.12). Di luar itu pun ada beberapa tanggal yang dijadikan momentum para marketplace untuk melakukan promosi besar-besaran, misalnya tanggal ulang tahun marketplace tersebut atau hari besar yang sudah umum. Black Friday di biulan November, Ramadhan Sale di bulan Ramadhan, Payday Sale di akhir/awal bulan, dan seterusnya.

Saya dulu sangat menantikan “Harbolnas” ini, apalagi dulu saat di Medan ongkos kirim yang harus ditanggung relatif mahal karena banyak barang yang saya incar berasal dari penjual Jabodetabek / Pulau Jawa. Saya me-list apa saja item yang akan saya beli, penjual yang mana, jenis yang mana, dll, lalu pada hari-H langsung eksekusi. Bahkan kalau tidak butuh pun, kadang saya beli agar sekedar berat dalam 1 kiriman optimal, atau diskon/cashbacknya optimal.

Tapi kini saya tidak terlalu antusias. Selain promo yang relatif gitu-gitu aja (cashback/diskon yang “fair” dan gratis ongkir tanpa minimum pembelian), yang paling membuat saya kurang antusias adalah masih banyaknya kesempatan yang akan datang bila melewatkan suatu momen promo. Misal besok 2 Februari ada promo 2.2, saya hanya membeli apa yang benar-benar saya butuhkan dan sreg, kalau ada yang lupa atau tidak dapat barangnya pun tidak apa-apa. Masih ada kesempatan di bulan depan ataupun di hari biasa (karena bedanya pun tipis aja).

Jargon Harbolnas menjadi tidak sakral, udah terlalu biasa, terlebih ada beberapa oknum yang sempat merusak citra Harbolnas dengan mark-up harga yang tidak masuk akal sebelum diskon besar-besaran. Misal suatu barang dibuat seolah-olah diskon 99% dari harga Rp 9,9 juta, sehingga harganya jadi hanya Rp 99 ribu, padahal memang harga pasaran normalnya Rp 100 ribu juga.

Akses terhadap internet semakin bagus, market size online shop semakin besar, dan pemainnya pun semakin banyak. Baik dari pemilik produk maupun penyedia jasa marketplace, semua bersaing dengan sengit. Mungkin karena itulah tak henti-hentinya selalu ada promo tiap bulannya.

Yaah, yang penting konsumen diuntungkan dengan adanya kompetisi ini, sehingga mendapatkan produk, layanan, dan harga yang terbaik.

Bagikan tulisan ini:

mozuqi

Mohammad Zulkifli Falaqi. Biasa dipanggil Zul. Saat ini sedang mencari sesuap nasi di ibukota sebagai buruh yang ngurusin organisasi dan SDM di perusahaan yang bergerak di bidang energi. Menulis apa saja yang terlintas di pikiran.

You may also like...

Leave a Reply