Fenomena Clubhouse

Share

Clubhouse adalah media sosial baru yang sedang heboh akhir-akhir ini. Di instagram, twitter, facebook, dan media sosial lainnya banyak yang membicarakan clubhouse, walau saat ini clubhouse baru tersedia di sistem operasi iOS. Untuk bisa terdaftar di clubhouse pun harus diundang oleh pengguna clubhouse yang sudah terdaftar sebelumnya. Pengguna clubhouse saat ini benar-benar eksklusif.

Clubhouse sendiri adalah media sosial yang berbasis audio dan hanya disiarkan secara live. Menjadi banyak dibicarakan karena banyak tokoh (pebisnis, influencer, politisi, dan public figure lainnya) yang mendaftar dan berbagi konten yang isinya ‘daging semua’. Karena disiarkan live, biasanya banyak ramai room dari sore hingga malam saja. Pagi ke siang relatif sepi karena para tokoh tersebut punya kegiatan masing-masing.

Saya sendiri melihat fenomena trending clubhouse ini hanya fenomena sesaat. Kenapa? Karena sistem di clubhouse hanya tersedia secara live dan tidak bisa diulang.

Untuk mendapatkan audience yang banyak, bahkan ketika misal clubhouse sudah ada di sistem android, kecocokan jadwal antara content creator dan audience menjadi hal yang sangat krusial. Instagram, facebook, dan tiktok memang masing-masing punya fitur ‘live’. Namun fitur live tersebut bukanlah fitur yang utama, dan biasanya sebelum live itu diadakan, para audience sudah dikondisikan dengan pemberitahuan pada konten-konten lainnya.

Penikmat (audience/follower) yang mengikut live seorang content creator pun biasanya tidak sebanyak audience/follower content creator tersebut secara keseluruhan, kecuali jika memang ada konten live yang sangat menjual. Tidak semua audience bisa punya jadwal yang pas sehingga bisa mengikuti live tersebut. Di media sosial lain, misalnya instagram, walau tidak bisa menonton konten saat live, audience masih bisa mengakses konten live yang sudah berakhir melalui IG TV.

Jadi kesimpulan menurut saya, apabila clubhouse masih hanya memberikan layanan konten audio ‘live’, kehebohan ini tidak akan bertahan lama. Clubhouse minimal harus dapat memberikan akses terhadap konten yang sudah lewat / tidak live agar bisa menjangkau audience yang tidak memiliki waktu yang pas dengan live premiere konten tersebut.

Jika hanya konten ‘live’, clubhouse pada prinsipnya sangat mirip dengan webinar (zoom, teams, google meet, dsb), bedanya tidak ada visual yang ditampilkan (audio only). Jadi ya biasa saja, bukan platform media sosial dengan konsep yang benar-benar inovatif.

Kali ini clubhouse bisa heboh karena banyak tokoh besar yang sempat mengisi konten di clubhouse. Para tokoh itu sudah mempunyai nama besar yang memang akan tetap ramai oleh audience walau konten tersebut dibuat di platform manapun. Live di youtube, instagram, atau webinar zoom pun bisa tetap ramai karena nama besar pembicara ataupun topik yang dibicarakannya itu. Kebetulan saja saat ini mereka menggunakan Clubhouse.

Bagikan tulisan ini:

mozuqi

Mohammad Zulkifli Falaqi. Biasa dipanggil Zul. Saat ini sedang mencari sesuap nasi di ibukota sebagai buruh yang ngurusin organisasi dan SDM di perusahaan yang bergerak di bidang energi. Menulis apa saja yang terlintas di pikiran.

You may also like...

Leave a Reply