Pada saat saya bekerja sebagai HR di Unit Operasi Pertamina Region I, tepatnya di Medan, pekerjaan saya saat itu sering bersinggungan dengan rekrutmen, dari mulai sourcing, interview, hingga seleksi tahap awal. Untuk seleksi tahap lanjut hingga keputusan biasanya dihandle oleh kantor pusat. Selama beberapa tahun bersinggungan dengan rekrutmen tersebut, saya banyak menemui pertanyaan-pertanyaan konfirmasi terhadap suatu informasi rekrutmen. Sekitar 80% (intinya banyak lah) pertanyaan itu, adalah konfirmasi atas informasi rekrutmen yang ternyata palsu/penipuan berkedok penipuan.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya tersebut, saya mencoba mengidentifikasi ciri-ciri rekrutmen palsu / penipuan yang berkedok rekrutmen dari 2 aspek utama, yakni aspek profesionalisme dan modus penipuan yang akan saya uraikan di bawah. Contoh-contoh di bawah ini mungkin akan banyak yang mencatut Pertamina karena sesuai pengalaman saya, tapi sebenarnya penipu-penipu itu pun banyak juga yang mencatut BUMN atau perusahaan swasta lainnya. Ciri-cirinya masih sama juga.
A. Profesionalisme dalam Penulisan (Poster/Surat Pemberitahuan/dll)
Aspek profesionalisme sebenarnya tidak hanya untuk rekrutmen palsu / penipuan, tapi secara umum. Maksudnya adalah, jika melihat penulisan rekrutmen (poster/surat pemberitahuan/dll) bisa jadi itu bukan penipuan, tapi mungkin saja rekrumen betulan tapi memang perusahaan/biro rekrutmennya kurang profesional.
Kalaupun itu rekrutmen betulan, anggaplah aspek profesionalisme ini menjadi filter dalam memilih perusahaan yang dilamar. Kalo kamu adalah orang yang punya akses terhadap internet dan bisa sampai ke tulisan ini, saya yakin kamu potensi untuk bisa kerja di tempat yang lebih profesional.
Lalu, ke-tidak-profesional-an yang saya tulis di sini pun bisa jadi ada perubahan. Penipu bisa meningkatkan profesionalisme tulisannya dari hari ke hari. Apalagi kalau sudah baca tulisan ini, hehehe..
Jika ada salah satu atau lebih dari ciri-ciri aspek profesionalisme di bawah pada informasi rekrutmen yang kita dapatkan, kita harus langsung waspada:
1. Asal Tempel Logo
Logo mungkin hal pertama yang bisa kita lihat secara sekilas dari jauh. Di surat penipuan rekrutmen, sering kali logo yang ditempel bukan logo official terbaru, ukuran logo yang ditempel tidak proporsional (ditarik ke samping atau ke atas), berlebihan (di header, di footer, di background, dll), atau menyertakan logo instansi lain yang sebenarnya kurang relevan.
2. Domain E-mail
Email yang digunakan bukanlah email dengan domain perusahaan, bisa murni domain gratisan (gmail, yahoo, dsb) ataupun domain custom yang mirip dengan yang nama perusahaan yang dicatut.
Ohya, kadang beberapa perusahaan menggunakan pihak ketiga /konsultan profesional untuk rekrutmen, misalnya Pertamina, BI, atau Chevron pernah menggunakan Experd, sehingga email yang digunakan untuk korespondensi bisa jadi menggunakan domain @experd.com. Kalau kasus seperti ini bisa kita croscek saja ke konsultan profesional tersebut (kontak / via website).
3. Posisi yang Dibuka dan Kebutuhan Latar Belakang
Untuk menarik seluruh kalangan, kadang penipu ini menuliskan sedang membuka lowongon untuk berbagai jabatan, dari level sopir, operator, supervisor, hingga posisi agak senior. Tentu saja ini kurang pas, biasanya rekrutmen itu tersegmentasi agar lebih efektif.
4. Mencantumkan Benefit secara Telanjang
Sangat tidak umum perusahaan mencantumkan benefit secara telanjang pada pengumuman rekrutmen terbuka, kecuali pada closed recruitment yang disampaikan secara personal dan hanya disebar di kalangan terbatas. Tentu saja, benefit ini dicantumkan oleh penipu di pengumuman terbuka agar menarik minat calon korban.
5. Identitas Perusahaan dan Pejabat yang Menerbitkan Surat
Alamat perusahaan dan nama pimpinan perusahaan / pejabat penandatangan surat yang dicatut, sering tidak sesuai dengan yang seharusnya. Ini sebenarnya informasi yang sangat bisa kita verifikasi mandiri dengan mudah. Tinggal googling atau cek website resmi perusahaan, langsung bisa ketahuan.
6. Struktur Kalimat dan EYD
Poster / surat / dokumen informasi rekrutmen lainnya bukanlah seperti tulisan blog ini yang bisa ditulis dengan informal dan bisa dengan bahasa keseharian, namun itu adalah dokumen formal perusahaan yang selayaknya ditulis dengan struktur kalimat dan EYD yang baik. Struktur kalimat dan bahasa harus jelas dan tidak ada lagi typo karena ada seharusnya ada review sebelum poster / surat itu terbit.
—
Saya sebenernya suka gemes, di beberapa kasus surat / poster si rekrutmen palsu ini keliatan banget sangat tidak profesional. Sekilas liat aja pasti langsung sadar, dan apakah si penipu yang bikin poster / surat ini sebodoh itu? Tapi herannya ada juga yang percaya atau sempat percaya (mem-follow up dengan konfirmasi ke pihak terkait).
Saya jadi menduga, ke-tidak-profesional-an ini bisa jadi memang disengaja oleh si penipu, untuk menyaring target yang bisa mereka proses lebih lanjut. Mungkin si penipu berpikir, kalau dari poster / surat gak jelas ini (yang bersifat pasif) aja sempat percaya, apalagi kalau ditindaklanjuti dengan komunikasi aktif (telepon / WA) .
B. Modus Penipuan
Modus penipuan dimaksud di sini adalah seperti “model bisnis” yang dijalankan oleh si penipu. Bagaiamana si penipu mendapatkan uang atau keuntungan dari orang-orang yang ditipu. Biasanya ada 2 jenis modus yang dilakukan:
1. Biaya Travel / Akomodasi ke Lokasi Tes
Lokasi pelaksanaan tes atau wawancara biasanya disebut ada di luar kota. Jika target korban berdomisili di Medan misal, tesnya dibilang akan dilaksananak di Jakarta. Lalu jika target korban ada di Jakarta, mungkin akan bilang lokasi tesnya di Surabaya, dst. Intinya lokasi tes ada di luar kota domisili target korban, agar si target perlu transportasi dan akomodasi ke lokasi tes. Tentunya ada “travel rekanan” yang akan menyediakan semuanya itu, dari tiket pesawat, hotel, dan antar-jemput selama di kota lokasi tes.
Si target harus menggunakan travel rekanan tersebut, karena disebut sudah kerjasama dan disesuikan dengan jadwal tes. Sebenarnya untuk perusahaan-perusahaan besar, sampai sini masih wajar. Jika ada tes di luar kota, perusahaan akan menanggung seluruh biaya untuk transportasi dan akomodasi. Hanya saja, kalau perusahaannya bonafid, kita tidak perlu menalangi untuk pembelian tiket itu, sudah dibayarkan oleh perusahaan. Kalaupun menggunakan sistem reimburse, calon peserta dibebaskan membeli di mana pun.
Modus penipuan ini dimulai ketika target diminta untuk “membeli” tiket transportasi dan akomodasi melalui “travel rekanan” tersebut, yang diklaim akan direimburse setlah sampai di lokasi tes. Kalau sudah transfer, ya selesai, penipu itu sudah mendapatkan tujuannya. Pokoknya jangan sampai ada transfer uang.
2. Biaya agar Lolos Seleksi
Modus ini biasanya ada di informasi rekrutmen yang tidak terlalu terbuka atau baru muncul di akhir-akir proses. Ada orang yang mengklaim mantan pekerja, teman dekat petinggi, atau kerabat dari pengambil keputusan. Penipu itu meminta sejumlah uang agar bisa meloloskan si target korban ini diterima kerja. Penipu modus ini sebenarnya cukup cerdik karena memanfaatkan greed korban, dan korban pun jika sudah kena biasanya tidak berani melaporkan hal ini.
Waktu di Medan dulu, saya pernah kedatangan seorang ibu dan anaknya yang terkena modus ini. Dari cara bicaranya, terlihat mereka gemetaran, selain sedih kehilangan uang juga sebenarnya malu karena mereka punya ekspektasi bisa diterima kerja dengan membayar sejumlah uang. Dari sisi perusahaan yang dicatut, tentu saya hanya bisa menyarankan ibu tersebut untuk melapor ke pihak berwajib, tapi sepertinya mereka enggan.